Sehabis magrib, aku berencana
bertandang, menyusul orang yang menyuruh untuk datang, tapi sayang aku belum
tahu alamat rumahmu, di mana kamu tinggal dan menetap, apalagi sejak pertemuan
itu kau kerap datang dalam bayanganku serupa gadis ayu yang memanggil dari
balik jendela
Aku telah pasang tampang, serupa
laki-laki sejati yang menyisir rambut lalu pergi membawa bunga untuk diberikan
kepadamu,namun ketika sampai di tikungan itu aku benar-benar hilang dari alamat
yang hendak ku tuju,hanya orang-orang
menyebutkan bahwa rumahmu penuh dengan bunga-bunga yang mekar yang selalu kau
siram setiap hari
Lalu aku memutuskan untuk kembali ke
rumah saja, menulis puisi untuk kau baca di majalah harian atau untuk ku kirim
pada mereka yang saat ini benar-benar menunggu kedatangan seorang yang di dambakan, sambil mendengarkan lagu yang dimainkan muda-mudi di sebelah kamar
kontrakan.
No comments