Puisi
SELEMBAR KERTAS
Seperti sungkan yang
kau tuangkan kedalam gelas di
atas meja itu.
Tiba-tiba aku kagum pada segaris bibir yang selama ini mematuk berjuta kalimat-kalimat rindu, yang
kudengar adalah namamu.
Ketika mata kita
melirik sesekali, aku berusaha mencari alamat mengantarkan sebongkah risau
yang rela untuk disampaikan.
Bagai kertas putih yang selalu rela untuk kutulis beribu-ribu namamu pada
lembaran-lembarannya.
Agar engkau tahu, jika kelak aku tak lagi kau temukan disini, kau bisa baca suratku di buku pelajaranmu seperti kau menguasai jurnal intermediet yang selalu kau genggam sehari-hari.
Di situ, kau membawanya ke bangku yang kerap kau buru setiap kali jam memacu dentangnya.
No comments