Puisi
DAUN SIRIH
Menjalar di antara
pagar-pagar yang tua dan melengkung tiga, seorang ibu memetiknya kala matahari telah
lepas dari setentang kepala, ketika adzan zuhur baru selesai di dendangkan, dari
sebuah puncak menara kabar telah disebarkan,
Si Bujang dan Si perawan akan dikawinkan, mamaknya datang bertandang, ke rumah
anak pisang, “lalu kunyahlah daun sirih yang di dalamnya telah di kasih soda
dan pinang dan jangan lupa datang pada hari yang di tentukan”
Pada hari baik di bulan
baik, tawar menawar di lakukan, sirih kembali dikembangkan dan dicampur dengan
pinang, dan terimalah anak kemenakan menjadi sumando dan sumandan, kemudian
anak daro dan marapulai di arak ke selingkar kampung, bersuluh cahaya matahari
dan arakan gendang
Lalu naiklah ke rumah
gadang,
Para ibu-ibu telah menunggu dengan hidangan di tengah-tengahnya carano
di pegang, terimalah sembah anak mudo nan jombang, sebagai raja dan ratu telah
datang.
Duduk bersila
berhadap-hadapan, sembah di terima Raja di dudukkan, rombongan mengucap salam,
sebagai sirih telah di idamkan, obat kerinduan perawan dan bujang yang telah
menyelesaikan tawaran dan pinangan, lalu dagang dikembalikan
Setelah mencuci tangan,
mamak turun kemenakan di tinggalkan, di rumah baru Sumandan yang telah diterima mertua dengan
hati yang lapang, daun dan sirih benar-benar kembali ke ganggangan dan pinang
kembali ke tampuknya serupa doa-doa dan selamatan.
No comments